Rasa tak percaya yang menusuk hatiku Bagai belati yang menikam pembuluhku Rasa cinta yang baru saja muncul Lemah namun rupanya menjadi senjata makan tuan
Bukan fiksi
Hitungan dan sains itu aku suka Tapi kubenci bahasa karena sulit Andai kuterus mencari mana yang benar Kutakut semua kan berubah menjadi salah
Esai ini tentang aku, apa yang harus kutulis? Sudah cukup, aku puas, aku meneruskan hidup Tapi mengapa kita kadang, eh selalu, mengatakan “Tuhan tolong aku, aku kesepian,”
Bisakah kau membaca abjad di papan tulis? Bisakah kau membaca mimpi-mimpi miliknya? Siapa yang ubah hatinya menjadi hitam? Hey siapa dia? Hey jawab aku!
Bisakah kau selesaikan persamaan ini? Bisakah kau kendurkan simpul yang mengikatnya? Benarkah diam bisa selesaikan semua? Hey jawab aku! Aku tak peduli!
Sejak kapankah kita semua Terperangkap dalam ilusi? Aku s’lalu bersembunyi di balik Apa yang tak lagi kupunya
Lagi-lagi, ku tak bisa selesaikan esai ini Sudah cukup, aku puas, aku meneruskan hidup Tapi mengapa, iblis dalam dada kita terus berkata “Semua ‘kan selesai bila aku mati,”
Bisakah kau membaca abjad di papan tulis? Bisakah kau membaca mimpi-mimpi miliknya? Siapa yang ubah hatinya menjadi hitam? Hey siapa dia? Hey jawab aku!
Bisakah kau jabarkan rumus luas bangunan? Bisakah kau jabarkan mimpi masa kecilmu? Siapa yang membuang mimpimu jauh-jauh? Hey siapa dia?
Kau sudah tahu!
Hey, kapankah kau akan mulai tumbuh dewasa? Kutanyakan padamu apa arti tumbuh dewasa? Pada siapakah aku harus menanyakan? Hey jawab aku! Aku tak peduli!